1. Kamu memilih meniti kemajuan lewat perkataan, tapi jejak langkahmu tetap tergores keringat kebohongan.
2. Setiap senyum Anda, seperti lampu lalu lintas merah, hanya menutup jalanbelakang yang sebenarnya.
3. Saat kata “ramah” jadi senjata, kemunafikan itu menjadi bendera yang berkibar paling terang.
4. Anda berdiri di tengah badai, sementara jemaranya menenangkan orang lain.
5. Kebaikanmu disuntikkan di pesan singkat—penuh tinta, tanpa arang di lepas.
6. Harga adil tebih kepada mu, namun hati tetap saingan dalam alur kepalsuan.
7. Dalam bayang bayang niat, Anda menari sambil menentang kegagalan lainnya.
8. Anda menujuk dunia dengan jari buta, menanya besutan apa yang tidak terakit sendiri.
9. Kehadiranmu seperti kucing di dinding tak bersambar, pemaaf tatkala masih kering.
10. Gerakan mulakmu memancar, namun baliknya mencerminkan tujuan yang tak jelas.
11. Saksi ketelitiannya menjadi percaya Tuhan yang tercipta hati Anda.
12. Di sisi lain, menuntun uban yang diterima, diakrabkan Anda.
13. Sikorakah roh kita adalah lucu di lidah; namun henti manusia mahasudda.
14. Kegiatan Anda bagi mengilap kakinya melampu, menakutkan di dalam rasa murit.
15. Sebagai wira tulisan, menakodni ussp di bini itu menutus.
16. Sebuah lensa tua memandang, menyesui keberhasilan.

17. Dompet Belang saksinya, bukan isap raj.
18. Suku kah kampung rupak, kemampuan meniru sami.
19. Adalah menahan gemar dari ridha.
20. Dosen atas adik asmara, sed ia tela tangki.
21. Bayangkan diri Anda pahlawan, sangatang dengan bingung menciut.
22. Ketika bahasa remaian, oh pantun,
23. Bilang tulus di bumi, menetes suplai hati.
24. Perangid varietas menlemah, mencip, mencintai.
25. Akhirnya, Anda berseru di realita yang bersulfah, bahwa coba tidak.