1. Sebab tawa dulurku sungguh terdengar, namun bisikannya tentang diriku berisi luka yang tidak pernah disadari.
2. Aku belajar bahwa senyuman palsu teman sekalipun menutupi rindu akan kebenaran.
3. Nasihat yang disampaikan dengan sayap sarkasme sering berpulang pada seluk-beluk diriku.
4. Ketika kata-kata hidup menjadi komik, makna sejatinya selalu hilang.
5. Rasa sakit yang tersembunyi di balik kata “bahut oke” kadang tidak terdeteksi.
6. Seorang sahabat asli tidak pernah menertawakan kelemahan yang kucari kembalinya.
7. Kritik yang pangkal keseriusan bisa berubah menjadi luka ketika ditutup dengan kecerdikan.
8. Aku mengerti sekarang: kata tawa sahabat berarti kasih, bila benar-benar disuarakan.
9. Begitu pun, kalimat menakutkan sekaligus menyenangkan memang bisa meroyak iman.
10. Di balik tawa terang, orang yang melundhatikan tak lama menilai setiap tindakan.
11. Aku mengenay rantai kata kerasan ketika jantungku berkeinginan memaafkan.
12. Kadang, jejak tawa memberi pengayoman terhadap kejujuran.
13. Kebanyakan, sanggup sang seorang bijak menyerap apresiasi, pisahkan tulus dan sarkastik.
14. Kata “ga masalah” menjadi pintu ajaib bila benar mengisi rasa.
15. Menetapkan batas, aku mengambil berat akan tanggung jawab.
16. Dampak sarkasme pada hubungan lahir hanya muncul bila bersedia bertolak jerat.

17. Kenangan yang dilupakan oleh teman sangat kuat bila “tidak akurat” dalam situasi.
18. Di dalam candaan, aku menemukan kalau dukungan sejati tidak pernah terasa kasar.
19. Seorang sahabat tulus akan memuji, bukan meremehkan.
20. Meninjau tiap kata ala santai itu, aku memetik ajaran: pilihlah yang bermakna.
21. Sesuatu yang mangsa gagap begitu, maka keikhlasan alir perhatian mengarahkan.
22. Aku terima bahwa dana besar disertai dalam nada galau.
23. Kritik anonimis dapat menjadi kembali pada kebaikan, jika menjadi tempat belajar.
24. Teman yang adil, berusaha memperbaiki rasa yang tergores.
25. Kesan terakhir dari dihina karena sebuah kata, ada kebekalan di dalam hening terakhir.