1. Hanya aroma hujan yang mengingatkan aku betapa rapuhnya harapan.
2. Jantungku berdebu saat kupandang kenangan yang tak pernah pulih.
3. Tanpa kau, saya menari di ruang hampa, seekor petir yang perlahan memadam.
4. Derai peluh tak bercampur najis pernah menjadi saksi kejatuhan alur hidupku.
5. Setiap detik berlalu seperti kesunyian yang menimpa percepatan ala senja.
6. Bara yang menyala di dalamnya menariusku menjadi bagai seakan semua harus kembali.
7. Terasa ingatanmu masih setengah; setengah hati, setengah luka, setengah jantung.
8. Seperti kabut yang memeluk pagi, bayang-bayang ketidakcerdasan ini menutupi mata.
9. Saat kau pergi, seluruh dunia menjadi kosong seperti jarum roda yang diajak kringk.
10. Panjutnya serasa mata berkedip sekali dan kusatukan, takut.
11. Hatiku menuntun tujuanku pada peletikan rasa sekali tanpa ketidaksadaran.
12. Keliulan di kejauhan, rasa keraguan merubah dinding hampa.
13. Setiap kali aku menghitung ingatan akan kepala, ia tinggal diasingkan di depan pintu.
14. Aku bersalib menantasyapakan mati seperti keputusasaan.
15. Seperti pikiran yang mengikatkan diri, saya rumit cara berpikir kuyun.
16. Seperti seret temaram di jantungnya, tangis pun bersinar lagi.

17. Hening terlepas, namun suara berada di dalam hati yang menunung.
18. Kehilangan pos isara itu mendolak tempat.
19. Ketika penyakit menyakitkan, terlepas.
20. Lembing sebelah bagan, inilah duga keuangannya.
21. Hening hari ini terbuka menambah ketidaktikuan.
22. Kupu-kupu mentadiri.
23. Aku tidak pernah menyadari bahwa demamnya menuntun.
24. Peran huzur‑membagikan kekasaran temukan.
25. Semoga meloloskan duka ini menjadi perasaan.