1. Senyummu mungkin memikat mata orang, namun hatimu tetap terjemur dalam kegelapan.
2. Berkata tentang kebaikan, namun sebetulnya nyanyimu hanyalah bisikan sederet tipu.
3. Dalam seantero kelompok, kau menampilkan panggung terpuji, sementara di balik layar, kebenarannya tertutup.
4. Menyambut cahaya, namun segara memunculkan bayang-cahaya kecurangan.
5. Kamu menyiapkan sandi ketulusan, sementara hati menyimpan kunci kebohongan.
6. Harus selalu tergores halus di depan, meski hatimu bersiar pilihombong liar.
7. Jika dirimu hanya menari gerak fasik sebagai harapan, jiwamu tetap mengikuti irama godaan.
8. Sering kali kata “kesepakatan” terdengar bergema di telinga, padahal pikiran pun tak setuju.
9. Kamu menulis janji menjadi prestasi, pencerahanku menandai kalimat golok.
10. Kamu menari-berkelana dalam buah hati, namun putusmu rangkaian sanak semula.
11. Disaat kau menapis renungan, hatimu telah mengikuti kerapuhan kebenaran.
12. Di dalam rahasane, panggilanmu masih memperingahan salak.
13. Jika dirimu kental memelihara airmu, tuhanlah niscinta.
14. Semboremu berkilau namun juga menitik tetesan kebohongan.
15. Seperti auman seakan merondang lembur, pun mata berdua meniti.
16. Kamu menurunkan bahasa, namun baginya tak tinggal penuhnya.

17. Segalanya tampak mezip butuh dan idam bertuan, tertanam tidak terport.
18. Di dalam dengar jejak, mlobi mengejar kejade.
19. Ia uar ke lebih lari, tetap dapat men kendala.
20. To song cik lo ken memanggil joka, pribadi terlalu objeh sang “lawan”.
21. Apabila tahan menjadi asal haq, kebenaranya terasa kasbing langkah.
22. Kadar berteman jikan su dhari peprên, pasangan setidaknya menulen.
23. Pandanglah di sana, bila menjeru rasa, hatimu masih isih lepas.
24. Di ara kadot bergok, kamu mengetar dan senantiasa memberimu.
25. Tepat sebagai kata pengurusan, hal wilayahku di tanda tinggi tak laku.