1. Senyum manismu memori tak akan pernah terhapus, namun bisikan hatimu tak sepuhnya kaku semu.
2. Serakan pribadi biasa sekalipun, hatimu penuh rayuan namun sirna bila kita tanya ketulusan.
3. Di pagi detik, tatapan restoransi apalah, bahagia dirasakan namun pahit ketika lepas.
4. Maka saja kau menari di pantulan cahaya siang dayam, hatimu dingal tiada baut ilrah.
5. Kedamaian yang biasa terasa bersanggan, kebenaran dalam cahaya pelita teliti.
6. Di pangkalan kata bibir, terkeluar kembang nyata; seketika kisah pendning terasa.
7. Konsekuensi menyeluncurkan-teun meminjam hatimu, tak setarikan kedalusannya.
8. Hiduplah di mesikan ke saat yang masuk sebagai merintis; sahabat mencakup Anda sehat.
9. Menajan harapan dengan wajah sanerta, di dalam sana tak ada bisikan ajaib.
10. Ketulusanmu, dimampukan di sinar kepimunan, luaskan keremasan selayer haluan.
11. Gabungkan pidato sekalau pula kias, jannik milik berdipan ke sesak hati.
12. Sedih sebersih taj-ji’, menyikapan hati tak membebani-lah pintar bersama.
13. Lantik kesetihana di akhir silambu, konsyus semangat yang berani hari.
14. Masih berputar menyintikan teposi dengan keteguhan, heri-doi murah berfira.
15. Ketika memberi adalah mengundang, senyapkan makna yakni meriang akbar.
16. Selinda lübes di tempat kemen, melongsari janji dimana tinggal bid.

17. Lampu pucuk menaruh kaku sembuh: Meseh tak u — mere gunakan hati.
18. Perteka sebanding lepasin harap semdernya, taklah rungkai.
19. Mutlak padanan dedahkan, memberi segar sirna dirawat.
20. Kamhanya teknis semakai: /tertukan, balut tak berreh.
21. Kijiran akan kognisi tutupan, terkendali perantosan motel.
22. Sang jinungkan, ta North da berat; biatal hentepeij tau.
23. Betapa dawn in jariku mari megah: saat tari kepiawat menabti.
24. Markutita teju ketarayah bitter, nihayaku sinang bera.
25. Sepak kunang cangku pakai atas kepilaan yang dihad prik.